Oleh : Dwi Alam Ananami Putra
Salam Pena News – Salah satu ciri negara bangsa yang maju, pasti terdapat kualitas ekonomi rakyat yang bertumbuh secara signifikan. Hal tersebut tentu didasari oleh produktifitas dan efektifitas kerja sumber daya manusianya yang melahirkan banyak kreasi dan inovasi. Semangat untuk bekerja tersebut, selalu tertanam dan terinternalisasi pada setiap gerak langkah. Kemudian menghasilkan karya yang bermanfaat untuk kehidupan individualnya maupun lingkungan di sekitarnya. Namun, diperlukan semacam idea (ide), value (nilai), dan energi (spirit) yang besar untuk konsisten menjadi pribadi yang bekerja pada kemanusiaan. Lebih khusunya dalam rangka membangun ekonomi bangsa yang adil dan bermartabat.
Di tengah kesenjangan sosial ekonomi bangsa yang setiap saat semakin tajam, rasa-rasanya kita melihat bahwa negara telah gagal mewujudkan kemakmuran dan pemerataan ekonomi rakyatnya. Padahal, salah satu tujuan negara dalam konstitusi nasional adalah memajukan kesejahteraan umum. Selain itu, dalam sila kelima Pancasila sebagai filosofi bangsa, sudah jelas menerangkan tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, pada kenyataannya justru berbanding terbalik dari apa yang dicita-citakan. Dalam realitasnya, kehidupan yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin melarat.
Seyogyanya, negara sebagai organisasi terbesar yang memiliki segala instrumen harusnya mampu menghadirkan kesejahteraan buat seluruh lapisan rakyatnya. Hal inilah yang menjadi salah satu perhatian Nurcholish Madjid (Cak Nur). Ia menuangkan khusus pikirannya tentang keadilan sosial dan keadilan ekonomi pada buku Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dalam perspektif NDP, keadilan sosial dan keadilan ekonomi dapat terwujudkan manakala dalam sebuah negara dibutuhkan pemimpin-pemimpin (leader) yang demokratis atau bersumber dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ketika mereka mengambil keputusan atau kebijakan diharapkan bermuara pada sikap kebijaksanaan dan permusyawaratan berdasarkan kondisi faktual yang terjadi. Mempertimbangkan sematang mungkin untuk menghasilkan keputusan yang seadil-adilnya terutama untuk elemen masyarakat yang termarjinal.
Sebagaimana yang diutarakan Cak Nur; “Menegakkan keadilan adalah membimbing manusia kearah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terormat (‘amar ma’ruf) dan pertentangan terus-menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi mungkar)”.
Dengan demikian, saat keadilan diperoleh di sebuah wilayah, maka akan berimplikasi terhadap ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan hidup pada masyarakat yang hidup di dalamnya. Alangkah indahnya kehidupan umat manusia ketika jauh dari tindakan diskriminatif, eksploitatif, perbudakan, serta sikap-sikap lainnya yang menindas kemerdekaan individu dan kemerdekaan kolektif. Kelompok yang menindas biasanya muncul dari mereka yang memiliki dominasi atas kekuasaan dan modal, sedangkan yang ditindas lahir dari golongan masyarakat dengan taraf ekonomi dan status sosial yang rendah.
Oleh karena itu, NDP menawarkan konsep ekonomi berbasis pada nilai Islam yang menghendaki pemerataan dan keadilan dalam menentukan visi ekonomi umat manusia. NDP merupakan antitesa dari praktik ekonomi kapitalisme yang menjadi sumber utama ketimpangan di dunia hari ini. Jika kapitalisme mempunyai doktrin mendorong individu untuk terus mengakumulasi angka (kekaayaan) meski harus mencelakai nilai kemanusiaan, maka NDP mempunyai ajaran bahwa manusia dalam mengumpulkan finansialnya itu sah-sah saja tetapi diwajibkan membagi harta kekayaannya untuk mereka yang membutuhkan serta memakmurkan lingkungan di sekitarnya. *